Sabtu kemarin,
Menyengajakan diri pergi ke Gramedia pakai motor. Di sepanjang jalan ada hikmah yang menarik dan insyaAllah akan diungkapkan pada kesempatan kali ini. Pemandangan ini mingkin sering Sahabat temukan juga.
Ya, di sepanjang jalan Jatinangor-Cicaheum, terlihat gerombolan-gerombolan pemuda yang mempunyai ciri khas yang sama, yaitu: celana levis ketat, baju kaos atau jaket dengan lambang tertentu, dan yang lebih membuat ciri khasnya terasa adalah potongan rambut yang terlihat seperti landak atau sejenisnya (orang fungky biasa bilang gaya Punk gitu loh!). Beberpa dari mereka yang punya dana lebih, mempercantik asesoris mukanya dengan anting yang sengaja dilekatkan ke telinga, bibir dan hidung (Jadi inget Bollywood ya! Astaghfirullahal 'adziim).
Nah, terlepas dari citra miring masyarakat tentang keberadaan komunitas remaja dan pemuda ini, saya ingin menyorotnya dengan angel berbeda, yaitu lewat prespektif hikmah. Ya, ngga ada salahnya dong, kita belajar dari Sahabat kita yang satu ini? Lagu ini bisa jadi hujjahnya, Rocker juga manusia, punya rasa punya hati...." hehe.. yuk.. lanjutin ceritanya.
Nah, gini Sob, hikmah pertama yang mesti kita belajar banyak dari Sahabat Punkers kita ini bahwasannya "ukhuwah" alias persaudaraan mereka kadangkala jauh lebih hebat dibanding kita loh... Nggak percaya? Mereka sih mungkin nggak 'mudeng' dengan istilah ukhuwah, yang mereka tahu adalah solder, eh maaf solider atau lengkapnya solidaritas. Ya, Atas nama solidaritas mereka mampu untuk saling menunggu berjam-jam sahabatnya yang sedang ganti baju (baju komunitas gitu loch!), bukan itu aja, seringkali jika ada salah seorang temennya gak punya uang untuk naik bis menuju ke majlis ta'lim, (eh.. ke acara band maksudnya), mereka semua rela untuk bantu seratus dua ratus perak (kalau dikali seratus orang khan lumayan, jadi Rp.10.000). Yang lebih nekad dan kreatif, memprovokasi yang lain untuk memberhentikan bak terbuka atau truk yang menuju arah tujuan mereka. Atas nama kebersamaan, akhirnya siapa truk yang gak mau berhenti dan menaikkan penumpang seperti mereka (Bukan kasian sih, lebih tepatnya takut karena mereka minta setengah memaksa sambil nyiapin pentungan.. hehe).
Kerennya lagi, kalau ada satu orang dari timnya tersakiti, yang lain ikut merasakan. tak hanya do'a dan air mata yang mereka berikan, bahkan ratusan motor siap membantu sahabatnya yang sedang dizalimi (Keren ya, kalau ratusan motor itu semuanya touring menghidupkan masjid di seluruh pelosok Indonesia atau bantu evakuasi korban Gunung merapi. Judlunya “Punk Peduli Merapi”).
Sekali lagi kita bukan sedang menghakimi, tapi yuk mulai belajar dari Sahabat kita yang satu ini. Jangan-jangan, persaudaraan kita masih kalah dengan mereka yang gak pernah tahu ilmu tentang ukhuwah. Betul, betul, betul??
Kita kan, kadang masih susah senyum ikhlas untuk saudara kita, atau bahkan lebih bisa tersenyum lega jika sahabat kita kalah dalam sebuah pertandingan atau usahanya bangkrut. Na’udzubillahimin dzalik. Eh bener loh, kita kan sering menyaksikan, sama-sama Islam, tapi masih saling gontok-gontokan hanya gara-gara merebut kekuasaan, atau hanya gara-gara hal sepele salah perang antar kampung.
Hikmah kedua, "Bersatu kita teguh, bercerai kita.......".
Baca selengkapnya http://www.setiatraining.com/37-artikel-berguru-dari-punk/