Jumat, 03 September 2010

Mozaik Cinta Sang Pengembara (Part 4)

     Sujud-sujud cinta:

       "Subhanallah, ternyata ia kini sudah banyak berubah...." Berdesir hati Hasan, ada sedikit rasa yang muncul dalam hatinya. Entah rasa apa, rasa bahagia, bercampur haru, juga rindu... bercampur menjadi satu. Adzan dzuhur mengembalikan lagi kesadarannya, segera ia beristighfar, mengambil air wudhu dan sholat berjamaah di mesjid dekat rumahnya.
      Dari banyak sholat Dzuhur yang ia dirikan, nampaknya sholat Dzuhur kali ini begitu bermakna bagi dirinya. Dalam takbir, ruku, dan sujud ia rasakan kasih sayang Allah begitu besar tercurah untuknya. Betapa tidak, Allahlah yang memberikan rupa yang begitu sempurna, yang tak pernah berhenti memberi rizki walau diri berlumur dengan dosa. Dalam sujud panjang ia memohon ampun sejadi-jadinya, ia takut pada siksa Allah dan sangat berharap dengan kasih sayang Allah padanya. Ia takut jika rizki yang Allah amanahkan ada yang dibelanjakan dalam hal yang sia-sia. Takut jika rupa yang diamanahkan membuatnya jadi ria, dan lebih takut lagi jika semua fasilitas hidup di dunia ini malah menjauhkan dirinya dengan Allah Subhanahu wata'ala.
      Setelah shoat Dzuhur, sholat sunat ba'diyah dan sholat Hajat, ia pun berdoa agar diampuni seluruh dosanya, diberikan kesehatan dan kelapangan rizki, serta diberikan pendamping terbaik bagi dirinya. Setelah itu, Hasan buka mushafnya yang sudah lusuh, karena selama lima tahun ini menjadi teman setianya, dalam susah dan senang, dalam derita dan bahagia. Ia cium mushaf itu dengan penuh takzim. Lalu ia baca satu-persatu ayat dengan begitu merdu dan syahdu.
      Ajaib! Ayat yang kali ini ia baca sangat cocok dengan apa yang menjadi gundah hatinya,
"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang diantara kamu , dan juga orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha luas pemberiannya lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Annur:32).
      Tak terasa, ayat ini begitu meresap kedalam jiwanya. Air matanya pun tak terasa menetes. Hasan pun larut dalam kekhusyuan mentadaburi ayat-ayat quran yang ia baca. Hingga matanyapun perlahan begitu berat dan hasan tertidur...
      Dalam mimpinya, Hasan berjumpa dengan seorang bapak tua yang terlihat begitu bijak, sang bapak berkata, "Nak, jodohmu sudah dekat. Jagalah pandanganmu, luruskan niatmu, dan jemputlah jodohmu dengan penuh kesederhanaan...". Lalu, dibelakang kakek tua yang bersorban putih itu, ada seorang wanita cantik berkerudung hijau yang lewat begitu saja di depannya, sesungging senyuman wanita tersebut membuat jantung Hasan berdebar, dan....Saat Hasan mau menyapa, "Assalamualaikum, maaf siapa na..."
      "Kang... Kang... Kang Hasan Bangun Kang, udah mau adzan Ashar nih..." Sigit, Muadzin masjid itu membangunkan Hasan yang sedang asyik bermimpi. "Subhanallah, innalillahi,... Waduh, Sigit, kenapa dibangunin?", Ucap Hasan sedikit kaget dan kecewa. "Loh, kan saya hanya mengingatkan toh, sebentar lagi adzan Ashar" Timpal Sigit. Hasan terbangun, lalu lekas ia menuju tempat wudhu. Sambil berjalan ia pun mengingat-ingat kembali wajah wanita yang seperti bidadari itu, ia pun senyum sendiri, segarnya air wudhu mengembalikan kesadarannya, juga memberinya inspirasi dan motivasi.
      Selesai sholat Ashar, iapun menyusun meluruskan niat, dan berazam bahwa bulan depan, ia harus segera dapatkan calon pendamping hidupnya. Ada strategi yang sudah ia siapkan, agar niatnya dalam mencari pendamping hidup benar-benar syar'i dan terjaga dari riya, sum'ah atau bentuk kesombongan lainnya.
      Segera, ia menuju rumah Kang Dedi, tetangga dekatnya yang berprofesi sebagai tukang ojek. "Assalamualaikum. Kang, Sehat?  Boleh pinjem motornya 3 hari. Ada urusan yang mesti diselesaikan. Tenang aja, nih ada sedikit rizki untuk Kang Dedi, oke?", Ucap Hasan. "Wah, aku jadi senang nih, sering-sering aja nih pinjem, jadi gak perlu ngojek, hehe. Tapi apa gak kebanyakan nih uangnya San??" Timpal Kang Dedi. "Udah, sisanya kasihin aja buat anak-anak kang Dedi, untuk nambahin uang jajannya ya.. Boleh saya pinjem sekarang nih kang, sedang buru-buru?". "Wah, tentu-tentu..lama juga nggak apa-apa.. hehe" Jawab kang Dedi sambil tersenyum bahagia.
     Tak menunggu lama, Hasan langsung membawa motor dan STNK kang Dedi, tujuannya satu. Pulang kerumah, ganti baju yang sederhana, dan berangkat malam ini juga. Menjemput sang bidadari....

Episode selanjutnya:

Kuingin ia mencintaiku setulusnya
bukan karena harta, ketampanan atau jabatanku
namun karena keimanan dan ketulusan cinta
Akan ku jemput bidadari pujaan hati, dengan indahnya kesederhaan
Biarlah kesederhanaan yang kan membuka pintu keberkahan

4 komentar:

  1. Biarkan kesederhanaan yang membuka pintu keberkahan...
    AMIIN....

    BalasHapus
  2. Di jalan cinta para pejuang, biarkan cinta berhenti di titik ketaatan, meloncati rasa suka dan tidak suka, melampaui batas antara cinta dan benci. Karena hakikat sejati tak selalu terungkap diawal pagi....
    Karena seringkali kerabunan membutakan kesan sesaat. Maka taat adalah prioritas, yang kan membuat perasaa-perasaan terkibas.
    (Salim A.Fillah: Jalan Cinta Para Pejuang)

    BalasHapus
  3. subhanallah...
    ternyata hidup itu indah...

    BalasHapus
  4. Masya allah.. jika berkenan mohon dilanjutkan part 5 dst kang

    BalasHapus