Jumat, 03 September 2010

Renungan Ramadhan




Ramadhan..
Entah Ramadhan keberapa yang akan kita masuki kali ini? 
Adakah kerinduan itu? Adakah persiapan itu?
Ataukah ia hanya datang dan berlalu begitu saja..
Tanpa makna, tanpa amal juga perubahan nyata.

Saudaraku,
Berapa banyak saudara, tetangga atau kerabat kita
yang tak bisa lagi mengecap Ramadhan kali ini
bahan tak sedikit yang wafat beberapa hari sebelum Ramadhan tiba
Padahal,
Di bulan ini, Allah berikan limpahan rahmat, pengampunan dosa 
dan seluruh keutamaan ada di dalamnya
Akankah Ramadhan kita kali ini biasa saja?
Tak ada ruh, tak ada jiwa
tak ada semangat untuk beramal yang ikhlas serta sungguh-sungguh?
Padahal para Sahabat Rasulullah menangis saat Ramadhan akan usai
Bagaimana dengan diri kita?

Selagi ada waktu..
semasih ada nafas..
Mari, sambut Ramadhan kali ini
dengan amalan terbaik yang Allah ridhoi

Mari renungi sejenak syair Izzatul Islam..
"Bulan perjuangan tingkatkan iman
pupuk pengorbanan suci
bulan kesungguhan bulan keikhlasan
berbekal taqwa untuk kehidupan.. Ramadhan"

"Ya Allah, ampuni dosa kami, izinkan kami untuk memanfaatkan bulan Ramadhan kali ini
untuk bertaubat, dan beramal yang ikhlas hanya karenaMu." Amin.

Mohon maaf lahir batin..

Saudaramu,
Setia Furqon Kholid 
 

Ramadhan, Semangat Kemerdekaan Diri

Sahabat, 
Ramadhan adalah momentum kemerdekaan diri. Sudah saatnya kita terbebas dari belenggu diri yang selama ini menghantui, atau bahkan membuat kita tak berani tuk melangkah dalam hidup yang hanya sekali ini.

Mari kita renungkan, 
Negara kita memang telah merdeka dari 65 tahun yang lalu, namun tetap saja ada diantara kita yang masih terjajah, Penjajahan dengan 'wajah baru'. Apa itu? Diantaranya penjajahan iman, akhlaq, budaya, kemandirian, mode, dan lain sebagainya. Sebut saja permasalahan klasik bangsa ini yang seakan tak kunjung reda. Dari supremasi hukum yang carut marut, koruptor dianggap orator, pejabat banyak menghabiskan uang rakyat. jadi teringat syair dari nasyid Izzis, "Yang benar disalahkannya, yang salah dibenarkannya", Innalillahi. Di bidang pendidikan, masih banyak lembaga pendidikan yang hanya mengagungkan kecerdasan intelektualitas siswa semata, tanpa melihat bagaimana sang siswa menjalani prosesnya. Maka, slogan "pintar saja tak cukup, dengan uang semua beres" semakin menggurita. Belum lagi masalah pengangguran yang begitu menyesakkan dada. Dalam sebuah surat kabar diungkapkan bahwa pengangguran lulusan sarjana saja lebih dari 1 juta orang. Sangat mencengangkan untuk sebuah negara sentosa bernama Indonesia. 

Sahabat, kita tidak sedang menyalahkan siapapun atau apapun, yang mesti kita tanya adalah diri kita. Sudahkah kita benar-benar merdeka? Setidaknya, Ramadhan kali ini, bersamaan dengan momentum kemerdekaan negara Indonesia menjadi momentum kemerdekaan diri kita. Ada 3 poin penting yang menjadi landasan kemerdekaan diri. Yaitu : 

1. Merdeka Jiwa
Sahabatku, kita mungkin seringkali merasa rendah diri, tidak PD, takut melakukan perubahan, atau segudang keterbelengguan jiwa lainnya. Padahal hati itu ibarat wadah, seberapa besar kesulitan dan permasalahan yang kita lalui bergantung seberapa besar jiwa kita siap menghadapinya. Alkisah, seorang anak mengadu kepada ayahnya tentang banyaknya permasalahan yang ia hadapi. Namun sang ayah hanya tersenyum simpul, lalu meminta sang anak untuk mengambil segenggam garam dan melarutkannya ke sebuah gelas yang berisi sedikit air. Sang anak sambil terheran melakukan apa yang diperintahkan sang ayah. Belum juga ia mengerti, sang ayah memintanya  meminum air tersebut. Semakin terheran namun tetap ia lakukan. Tak kuat dengan air garam tersebut, sang anak lalu memuntahkan air garam tersebut sambil berkata "Ayah, apa maksud semua ini?", Sang ayah tetap tersenyum dan tak bergeming. lalu, sang ayah menuntun tangan  sang anak ke tengah danau. Tiba di pinggir danau, sang ayah meminta sang anak mengambil lagi segenggam garam, lalu dengan cara yang sama dilarutkan ke danau yang luas itu, lalu sang anak diminta untuk meminum air danau tersebut. "Segar Yah, Tidak asin!" Sang ayah lalu menjelaskan, "Nak, masalahmu ibarat garam tersebut, dan hatimu ibarat gelas atau danau itu. Sebesar apapun masalah, jika hatimu lebih lapang, maka masalah itu tidak akan pernah merenggut kebahagiaanmu, Besarkanlah jiwamu, maka kau kan bahagia". 

Sahabat, belajar dari kisah diatas, Mari, mulailah untuk lebih mencurahkan energi untuk hal-hal yang lebih penting dalam hidup, jangan terlalu sibuk memikirkan perkara sepele yang tidak ada faedahnya bagi diri kita. Misalnya benci kepada sesorang, iri hati, atau sikap pengecut lainnya yang menguras hampir separuh hidup kita. Mengapa? Karena hidup hanya sekali, terlalu mahal untuk tak disyukuri.

2. Merdeka dari kebodohan
Sahabaku, banyak pula diantara kita yang masih terjajah dalam kebodohan. Betapa tidak, banyak generasi muda kita yang bermental kuli, merasa acuh dengan masa depannya, atau tidak mau berpikir keras untuk menjadi generasi "Playing Maker" (Pemain) atau bahkan "Decision Maker" (Pembuat keputusan). Banyak diantara kita lebih senang dan bahkan bangga menggunakan merk-merk barat, model kebarat-baratan dan lain sebagainya. tanpa mengerti apa makna dan dampak dari meniru sifat konsumtif dan hedonisme tersebut. Ya, kita masih terjajah dengan mode, gaya, dan cara hidup mereka.  

Belum lagi semangat belajar dan investasi kita untuk ilmu. Misalnya saja, berapa rupiah yang kita investasikan setiap bulannya untuk membeli buku atau menghadiri majelis ilmu? bandingkan dengan banyaknya dana yang kita keluarkan untuk mempercantik wajah dan memanjakan perut?! Apa yang dilakukan bangsa Jepang yang porak poranda setelah di bom atom pada tahun1949 sepatutnya menjadipelajaran berharga bagi kita, mereka bangun negeri yang hancur itu mulai dari pendidikannya. Buku luar banyak diterjemahkan, bahkan banyak diantara buku pelajaran disajikan dalam bentuk komik agar mudah dicerna dan asyik dibaca. Ya, investasi mereka tidak sia-sia. Jepang menempatkan diri dalam posisi strategis dalam persaingan industri saat ini. Bagimana dengan bangsa kita? .....
Kita pasti BISA!

3. Merdeka dari persepsi yang salah
Sahabat, Tahukah bagaimana gajah-gajah di Thailand dijinakkan? Begini caranya, saat gajah masih kecil, Sang pawang mengikatkan kaki sang gajah ke sebuah besi yang besar yang diikatkan di sebuah tiang besi. Sang gajah yang masih liar mencoba untuk lari dan melepaskan ikatan itu, sehari, dua hari, hingga seminggu, sang gajah tak berhasil keluar dari jeratan besi itu, akhirnya gajah menyerah. Setiap hari yang ia lakukan hanyalah mengelilingi besi dimana ia diikat. Lalu pawang membawanya ke sebuah tempat, dengan tali seadanya ia ikatkan pada kaki sang gajah yang dipancangkan ke sebuah kayu biasa. Apa yang terjadi ? bertahun-tahun lamanya, sang gajah yang begitu gagah tak berani melangkah melebihi panjangnya tali, bahkan hanya untuk berpikir melepaskan diri dari ikatan yang tak kuat itupun sudah tak ada.

Sahabat, itulah diri yang terbelenggu oleh persepsi yang salah. Kita adalah makhluk yang dikaruniai banyak kelebihan.Namun,  kita jua yang membuatnya tumpul. Bayangkan, saat kita berkompetisi untuk lahir ke dunia saja ada lebih dari 500 juta sel sperma lain yang kita kalahkan. Maha suci Allah, you are the winner!
Sudah saatnya, kita mengubah mindset. Buang jauh-jauh sifat rendah diri dan tak berani. Jadilah pemenang bukan pecundang, pemain bukan penonton. Selamat berubah dan berkarya, Andalah pemenang sebenarnya.

Sahabat SETIA,
Salam Merdeka!
Setia Furqon Kholid

Cinta yang Bertumbuh

Di sepanjang jenak kehidupan,
ada rasa cinta yang menyapa
ada banyak bunga yang ditemui
Namun, diantara berjuta bunga indah yang mempesona
tidak semuanya dapat kita nikmati
hanya bunga yang halal, dan tumbuh di pekarangan hatilah yang tetap boleh untuk bertumbuh

Ya, banyak sekali cinta kepada lawan jenis yang tidak berujung pada gerbang pernikahan
maka cinta ini, menurut Anis Matta, hilangkan saja
Walau ia kadang tetap tak bisa dihilangkan dalam ruang hati

Maka, seringkali kita temukan
orang menikah tanpa cinta
karena hatinya telah terpaut pada seseorang, dan sulit dilupakan
Mungkin itu karena lebihnya harapan atau pengalaman di masa lalu

Namun, sekali lagi.
Inilah seni mencintai
Mungkin berat menentukan pilihan 
atau didesak oleh keadaan
hingga cinta mesti ditumbuhkan

Tak mengapa, karena kita menikah untuk membangun cinta
Maka cintapun lambat laun kan bertumbuh, menjulang, dan mengakar
Butuh waktu untuk memupuknya, menyemai hingga menikmati hasilnya

Duhai Saudaraku,
kita tak pernah tahu siapa jodoh kita
sebelum waktunya tiba
biarkan Allah memantaskan kita
Hingga saatnya tiba
terimalah ia, sebagai anugerah terindah dariNya

Teruntuk saudaraku
yang sedang dalam penantian

Seni Mengekspresikan Cinta

Ada banyak bentuk cinta yang tak tereksprsikan oleh indahnya kata
mewahnya hadiah, atau  senyum yang merekah
Namun ia dapat dirasakan
Ya, seperti oksigen yang sering kita hidup,
tak terlihat namun manfaatnya dapat dirasakan

Begitulah juga kita dapati arti cinta seorang ibu pada anaknya
ketegasannya, kekhawatirannya, serta kemarahannya
semua adalah bentuk cinta yang tereksprsikan dalam wujud lainnya.

Atau juga cinta seorang suami pada istrinya
yang mungkin tak terungkap oleh kata-kota gombal nan lebai
namun, ia mewujud kesetiaan, pengorbanan, dan tanggung jawab

Maka, jangan pernah tertipu
dengan manipulasi kata yang aduhai, kerlipan mata yang menawan
atau semua cara untuk menarik perhatian

Maka disini kita belajar
Jangan pernah salahkan mereka yang tak dapat mengekspresikan cinta dengan baik
boleh jadi, kesetiaan dan tanggung jawabnya lebih bernilai 
dibandingkan mereka yang banyak mengumbar kata-katanya

Selamat mencintai dan mengekspresikan cinta 
dalam naungan cintaNya

Mozaik Cinta Sang Pengembara (Part 4)

     Sujud-sujud cinta:

       "Subhanallah, ternyata ia kini sudah banyak berubah...." Berdesir hati Hasan, ada sedikit rasa yang muncul dalam hatinya. Entah rasa apa, rasa bahagia, bercampur haru, juga rindu... bercampur menjadi satu. Adzan dzuhur mengembalikan lagi kesadarannya, segera ia beristighfar, mengambil air wudhu dan sholat berjamaah di mesjid dekat rumahnya.
      Dari banyak sholat Dzuhur yang ia dirikan, nampaknya sholat Dzuhur kali ini begitu bermakna bagi dirinya. Dalam takbir, ruku, dan sujud ia rasakan kasih sayang Allah begitu besar tercurah untuknya. Betapa tidak, Allahlah yang memberikan rupa yang begitu sempurna, yang tak pernah berhenti memberi rizki walau diri berlumur dengan dosa. Dalam sujud panjang ia memohon ampun sejadi-jadinya, ia takut pada siksa Allah dan sangat berharap dengan kasih sayang Allah padanya. Ia takut jika rizki yang Allah amanahkan ada yang dibelanjakan dalam hal yang sia-sia. Takut jika rupa yang diamanahkan membuatnya jadi ria, dan lebih takut lagi jika semua fasilitas hidup di dunia ini malah menjauhkan dirinya dengan Allah Subhanahu wata'ala.
      Setelah shoat Dzuhur, sholat sunat ba'diyah dan sholat Hajat, ia pun berdoa agar diampuni seluruh dosanya, diberikan kesehatan dan kelapangan rizki, serta diberikan pendamping terbaik bagi dirinya. Setelah itu, Hasan buka mushafnya yang sudah lusuh, karena selama lima tahun ini menjadi teman setianya, dalam susah dan senang, dalam derita dan bahagia. Ia cium mushaf itu dengan penuh takzim. Lalu ia baca satu-persatu ayat dengan begitu merdu dan syahdu.
      Ajaib! Ayat yang kali ini ia baca sangat cocok dengan apa yang menjadi gundah hatinya,
"Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang diantara kamu , dan juga orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha luas pemberiannya lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Annur:32).
      Tak terasa, ayat ini begitu meresap kedalam jiwanya. Air matanya pun tak terasa menetes. Hasan pun larut dalam kekhusyuan mentadaburi ayat-ayat quran yang ia baca. Hingga matanyapun perlahan begitu berat dan hasan tertidur...
      Dalam mimpinya, Hasan berjumpa dengan seorang bapak tua yang terlihat begitu bijak, sang bapak berkata, "Nak, jodohmu sudah dekat. Jagalah pandanganmu, luruskan niatmu, dan jemputlah jodohmu dengan penuh kesederhanaan...". Lalu, dibelakang kakek tua yang bersorban putih itu, ada seorang wanita cantik berkerudung hijau yang lewat begitu saja di depannya, sesungging senyuman wanita tersebut membuat jantung Hasan berdebar, dan....Saat Hasan mau menyapa, "Assalamualaikum, maaf siapa na..."
      "Kang... Kang... Kang Hasan Bangun Kang, udah mau adzan Ashar nih..." Sigit, Muadzin masjid itu membangunkan Hasan yang sedang asyik bermimpi. "Subhanallah, innalillahi,... Waduh, Sigit, kenapa dibangunin?", Ucap Hasan sedikit kaget dan kecewa. "Loh, kan saya hanya mengingatkan toh, sebentar lagi adzan Ashar" Timpal Sigit. Hasan terbangun, lalu lekas ia menuju tempat wudhu. Sambil berjalan ia pun mengingat-ingat kembali wajah wanita yang seperti bidadari itu, ia pun senyum sendiri, segarnya air wudhu mengembalikan kesadarannya, juga memberinya inspirasi dan motivasi.
      Selesai sholat Ashar, iapun menyusun meluruskan niat, dan berazam bahwa bulan depan, ia harus segera dapatkan calon pendamping hidupnya. Ada strategi yang sudah ia siapkan, agar niatnya dalam mencari pendamping hidup benar-benar syar'i dan terjaga dari riya, sum'ah atau bentuk kesombongan lainnya.
      Segera, ia menuju rumah Kang Dedi, tetangga dekatnya yang berprofesi sebagai tukang ojek. "Assalamualaikum. Kang, Sehat?  Boleh pinjem motornya 3 hari. Ada urusan yang mesti diselesaikan. Tenang aja, nih ada sedikit rizki untuk Kang Dedi, oke?", Ucap Hasan. "Wah, aku jadi senang nih, sering-sering aja nih pinjem, jadi gak perlu ngojek, hehe. Tapi apa gak kebanyakan nih uangnya San??" Timpal Kang Dedi. "Udah, sisanya kasihin aja buat anak-anak kang Dedi, untuk nambahin uang jajannya ya.. Boleh saya pinjem sekarang nih kang, sedang buru-buru?". "Wah, tentu-tentu..lama juga nggak apa-apa.. hehe" Jawab kang Dedi sambil tersenyum bahagia.
     Tak menunggu lama, Hasan langsung membawa motor dan STNK kang Dedi, tujuannya satu. Pulang kerumah, ganti baju yang sederhana, dan berangkat malam ini juga. Menjemput sang bidadari....

Episode selanjutnya:

Kuingin ia mencintaiku setulusnya
bukan karena harta, ketampanan atau jabatanku
namun karena keimanan dan ketulusan cinta
Akan ku jemput bidadari pujaan hati, dengan indahnya kesederhaan
Biarlah kesederhanaan yang kan membuka pintu keberkahan

Mozaik Cinta Sang Pengembara (Part 3)

Pesona sejuta bidadari:

"Jadi dia... dia yang menuliskan surat itu. Setelah bertahun-tahun kumencari penulis surat ini, ternyata ia sudah berubah, berbeda sama sekali dari saat pertama kali aku mengenalnya", Ujar hasan. 

Ya, dulu Hasan mengenalnya sebagai seorang wanita bertalenta dan penuh prestasi, khususnya di bidang Bahasa Inggris. Namun sayang, wanita tersebut dulu belum berjilbab dan pergaulannya masih belum terjaga. Sebenarnya, dulu Hasan pernah berkhayal, andai saja wanita itu diberikan hidayah, berjilbab, lalu talentanya yang banyak itu dipergunakan untuk membantu banyak orang, pesonanya akan semakin indah menawan para ikhwan termasuk dirinya. "Astaghfirullah...." Ia buru-buru mengusap mukanya.

Nama wanita itu Balqis Avicena S. Wanita cantik bermata jeli, supel, dan yang pasti, multitalenta. Dari mulai kemampuan berbahasa inggris yang fasih, suara merdu, bahkan puluhan piala sering disabetnya. Yah, boleh dikatakan ia salah seorang wanita idaman banyak lelaki di SMA. Jika banyak lelaki yang ingin menaklukan hati Balqis untuk menjadi pacarnya, hal yang sama tidak berlaku pada Hasan. Hasan yang dikenal sebagai aktivis masjid di sekolahnya, tak pernah silau dengan banyak wanita cantik di SMAnya. Masa SMA ia pergunakan sebaik-baiknya untuk memperbaiki diri, beribadah dan belajar mandiri. Inilah sifat Hasan, pemuda berkarakter yang tidak gampang ditaklukan wanita manapun.

.................................................................................................................................................................

Senin pagi, seperti rutinitas Hasan yang tidak tidur setelah sholat Subuh, ia membuka Facebook pribadinya.  Di sudut kiri atas, terlihat ada 2 pesan, pesan pertama dari grup "Jangan Kuliah! kalau gak sukses" yang ia ikuti, pesan satu lagi tidak tahu dari siapa. Ia buka inbox yang kedua, tertulis :

"Assalamualaikum,
Afwan, betul ini dengan Hasan? Saya Balqis, teman satu kelasmu saat kelas 2 SMA.
Oh ya, kalau boleh tahu nomor HP antum berapa? Jazakallah"

Salam,
Balqis Avicena 53714

Jantung Hasan seakan berhenti beberapa detik, ia benar-benar  tak percaya dengan apa yang ia lihat. Kode 53714 yang ia lihat di akhir surat yang 5 tahun lalu ia dapat, hari ini muncul kembali, seakan file memori 5 tahun yang lalu saat dirinya masih kelas 2 SMA terbuka kembali. "Ahh.. mungkin kode itu hanya kebetulan saja" Ia berusaha menenangkan hatinya yang bergejolak dan bertanya-tanya.

Ia lihat permintaan teman, dan ada nama Balqis disana, ia "Add" dan tak sengaja masuk ke laman "Balqis Avicena". Disana ada gambar hasil modifikasi Adobe Ilustrator, Seorang akhwat berkerudung lebar dan rapi. Ia semakin penasaran, apa yang terjadi dengan teman sekelasnya yang dulu pernah sama-sama ikut kontes bahasa Inggris. Tentu saja Balqis juara 1,  Hasan hanya juara harapan 1.

Saat melihat koleksi poto Balqis, ada beberapa album terpampang.Album pertama, terpampang banyak  poto Balqis dengan rekan-rekannya di Amerika, ya USA.. ternyata Balqis baru lulus dari sebuah perguruan tinggi ternama di Amerika. Kembali ke poto album, Hasan lebih terkejut saat ada nama album "Umroh". Ia sorot dan saat dibuka............ (jaringan terputus). ternyata ada gangguan jaringan..

Bersambung...

Episode selanjutnya :
"Subhanallah, ternyata ia  kini sudah banyak berubah...." Berdesir hati Hasan, ada sedikit rasa yang muncul dalam hatinya. Entah rasa apa, rasa bahagia, bercampur haru, juga rind... bercampur menjadi satu.  Adzan dzuhur mengembalikan lagi kesadarannya, segera ia beristighfar, mengambil air wudhu dan sholat berjamaah di mesjid dekat rumahnya.

Mozaik Cinta Sang Pengembara (Part 2)

Pesona Sejuta Bidadari : 

"Berat.. berat sekali ujian ini", ujar pemuda itu dalam hati. Betapa tidak, beberapa bulan yang lalu ia menerima sms yang berisi pernyataan seorang wanita yang ingin menjadi istrinya, seminggu yang lalu temannya merekomendasikan seorang wanita dengan maksud yang sama, bahkan saat ia berangkat ke luar kota, ada seorang wanita yang memberikan sepucuk surat cinta, yang lagi-lagi berujung pada satu kata MENJADI ISTRINYA.....

Ya, pemuda ini bernama Hasan, seorang pemuda yang baru lulus kuliah beberapa pekan yang lalu. Umurnya pun tergolong masih muda, 23 tahun. Namun, semangatnya nyaris tak pernah kendur. Ia adalah anak pertama dari empat bersaudara. Jarak usia antara dirinya dengan adik-adiknya cukup jauh. Ia tinggal bersama dengan kedua ayah bundanya. Di rumah sederhana namun istimewa itulah ia mendapatkan curahan kasih sayang yang begitu besar dari ayah bundanya. 

Keseharian dari pemuda ini adalah berbisnis, dan mengisi majelis taklim yang diadakan oleh sahabat-sahabatnya di berbagai kampus tempat ia tinggal, tak jarang karena kepiawaiannya dalam membawakan sebuah materi dengan menarik, beberapa rekannya di luar kota acapkali mengundangnya untuk memberikan materi untuk para aktivis pemuda disana. Ya, ia nikmati semua semuanya dengan hati lapang dan bahagia.

Di masa-masa SMP, iapun dikenal sebagai siswa teladan, dengan segudang presetasi. Bahkan, Hasan pun lulus SMP dengan peringkat terbaik di sekolahnya. Masuk SMA favorit, prestasinya pun cukup menggembirakan. Beberapa rekan mengenalnya sebagai ahli masjid. Ya.. di bermula dari SMA inilah mozaik cinta itu bermula.

Di sudut kamar, matanya tertuju pada sebuah surat yang sudah lusuh, banyak debu yang menempel yang ia ambil di bawah tumpukan baju di lemari. Maklum, surat itu sudah berusia 5 tahun lebih. Surat yang mengingatkan kembali memorinya saat-saat berkesan di SMA. Di suatu hari di kelas 2 SMA, setelah pelajaran olaharaga, Hasan dikagetkan dengan sebuah surat yang terselip di daun pintu kelas. Awalnya ia tidak memperdulikan surat itu, namun saat seorang teman memberitahunya bahwa surat itu ditujukan untuk dirinya, iapun terkejut. Lebih terkejut lagi saat ia membuka surat tersebut dan terlihat amplop warna pink. Iapun malu untuk membacanya di depan teman-teman sekelasnya, ia lekas masukkan ke dalam tas. dan  sepulang dari sekolah ia baca dengan seksama surat cinta pertama yang ia dapatkan seumur hidup.  

Di sebuah kursi dalam rumahnya, ia duduk, sambil membuka dengan hati yang berdebar surat aneh bersampul pink itu. Lalu ia baca satu per satu. Seakan ingin tidak ada satupun maksud kata dan kalimat yang ia tidak pahami, isi surat tersebut:

Untuk Lelaki Sejati,
Melihatmu, bergetar jiwaku
Mendengar suaramu, luluh hatiku
Aku memang tak sering bersama denganmu
Namun hati ini begitu mengenalmu

Ku telah paham dengan semua impianmu
tentang semangatmu, hasratmu 
Ya, Aku memang wanita biasa, yang tak punya apa-apa
sedangkan kau, bintang yang indah bersinar di langit 

Namun, aku wanita biasa yang punya rasa cinta
Kuingin mencintaimu, walau itu berarti pahit
walau itu berarti sedih
Aku hanya berharap,
kelak ku akan bersanding denganmu
dalam cinta yang halal
dan...
izinkan kuucap satu kata, "Aku CINTA padamu, duhai Lelaki sejati" 

Setulus hatiku, 
Wanita 53714

Episode selanjutnya : 
"Jadi dia... dia yang menuliskan surat itu. Setelah bertahun-tahun kumencari penulis surat ini, ternyata ia sudah berubah, berbeda sama sekali dari saat pertama kali aku mengenalnya", Ujar hasan.

Mozaik Cinta Sang Pengembara (Part 1)

Seorang lelaki tampan, mapan dan beriman, duduk di beranda rumahnya. 
Merenungi perjalanan hidupnya, juga memikirkan dengan matang target-target hidup yang ingin ia raih.

Ya, apalagi yang kurang, semua keinginan seorang pemuda sebaya dirinya sudah dimiliki, dari mulai rumah, mobil, tabungan yang banyak, relasi bisnis juga usaha yang berjalan dengan baik. Namun semuanya yang kini ia dapat, serasa ada yang kurang. Ya, kini ia membutuhkan seorang pendamping hidup, yang akan meneguhkan perjuangannya, menggenapkan setengah Dinnya. Yang akan melahirkan keturunan yang akan menjadi penyejuk hatinya. Ia pun sudah bosan dengan kata teman-temannya yang seringkali menyindirnya, "Nunggu apalagi atuh kang, buruan nikah!!".

Bukan ia tak mau, namun ia sedang mempersiapkan semuanya, dari mulai niat, ilmu, dan yang terpenting kesiapan mentalnya. Ia pun bertekad, jika dalam perjalanan hidup selanjutnya ia bertemu dengan seorang wanita yang baik akhlaknya, kuat keimanannya ia tidak akan berlama-lama lagi untuk menghadap orang tuanya.

Persiapan niatpun ia lakukan,
sungguh ia tak mau jika ia menikah hanya karena memperturutkan nafsu
ia paham bahwa pernikahan adalah sebuah ikatan yang sangat kokoh
ia tak mau seperti artis-artis itu, yang menikah lalu cerai hanya hitungan bulan, bahkan minggu.
ia ingin mencintai wanita yang kelak menjadi pendamping hidupnya itu dengan seutuhnya,
Kelebihannya ia syukuri, kekurangannya ia perbaiki
"Merenda cinta hingga ke syurga" Itu motto pernikahannya.

Ia pun bertekad mencari pendamping yang tidak terpesona dengan harta yang ia miliki
tidak pula dari popularitas atau titel duniawinya, karena semuanya itu fana dan mudah hilang
ia ingin bertemu dengan pendamping yang siap menerimanya apa adanya, bukan adanya apa?
yang tidak silau dengan gemerlap duniawi, yang siap berjuang dengannya
Mengarungi bahtera kehidupan yang penuh ujian dan cobaan

Ya, wanita yang dapat menutupi kekurangan dirinya, 
menyemangatinya saat lelah dalam berjuang
mendidik anak-anaknya dengan penuh ketulusan
dan ikhlas dengan apa yang didapat
juga siap ditinggal untuk berjuang

Ia pun sadar, tidak mudah mencari wanita seperti ini,
untuk itulah persiapan dan perbaikan diri mesti dilakukan
Biarlah Allah yang akan mempertemukan di waktu yang paling tepat
di tempat terindah dalam kesucian cinta
saat niat sudah lurus, ikhtiar sungguh-sungguh dilakukan
ia sangat yakin. Allah akan mudahkan dirinya bertemu dengan jodoh yang terbaik

to be continued...

Episode selanjutnya :

"Berat.. berat sekali ujian ini", ujar pemuda itu dalam hati.
Betapa tidak, beberapa bulan yang lalu ia menerima sms yang berisi pernyataan seorang wanita yang ingin 
menjadi istrinya, seminggu yang lalu temannya merekomendasikan seorang wanita dengan maksud yang sama,
bahkan saat ia berangkat ke luar kota, ada seorang wanita yang memberikan sepucuk surat cinta, yang lagi-lagi berujung pada satu kata
MENJADI ISTRINYA.....