Kamis, 07 Januari 2010

Kegigihan Tiga Anak Penjual Cireng

Pukul 17.30 terpampang jelas di Handphoneku.
Saat kami bereempat memutuskan untuk makan bakso di sebelah toko. Saat kami lahap menyantap satu persatu makanan itu, datanglah tiga anak usia SD menghampiri kami. Mereka bertiga masing-masing memikul sebuah gendongan seperti tukang sayur yang biasa menjajakkan makanan kepada ibu-ibu di pagi hari. Namun ada yang berbeda dengan apa yang mereka jual kali ini, mereka jual cireng bungkusan, kripik singkong, dan beberapa makanan yang lain.

Randy, sahabat saya terlebih dahulu menawari mereka makan bakso gratis, benar saja, mereka belum makan dari siang tadi. Sambil menunggu bakso yang sedang dibuat, saya pun bertanya kepada mereka nama, asal mereka dan mengapa ada disini dengan berjualan ?


TERNYATA, jawaban mereka sungguh membuat saya kagum sekaligusiterharu.
Betapa tidak ? Setelah kami tanya, ternyata mereka masih bersekolah di bangku sekolah dasar, tidak seperti anak penjual makanan ylainnya yang biasanya tidak meneruskan sekolahn ya. Mereka bernama Zaki, Hikmat dan Dendri. Tiga pejuang itu ternyaata berasal dari Ciparay. Aktifitas mereka setiap harinya yaitu sekolah dan berdagang, Dendri masih duduk di kelas 5 SD, sedangkan Hikmat dan Zaki sudah kelas 6 SD. Latar belakang mereka tidak jauh berbeda, ibu mereka membuat berbagai macam makanan yang kini mereka jual, dan ayah mereka berprofesi sebagai petani dan buruh.

Setia harinya,
Sepulang sekolah, mereka biasanya langsung ganti baju dan berangkat jualan, membawa serta makanan yang akan mereka pasarkan di daerah ledeng dan setiabudi. Setiap harinya, sekitar2,5 jam setiap mereka duduk manis di sebuah angkot yang mengantarkan mereka bertiga ke tempat tujuan, penjualan,.

Saya pun bertanya, "Sampai jam berapa berjualan Dik ?"
Merekapun kompak menjawab, "Sampai jam 10 malam, jam 00.00 baru sampai di rumah"
Saya bertenya lagi, "Pulang pakai apa?"
Zaki menimpali, "Pakai angkot lagi"

Subhanallah, belum selesai hati ini terperangah melihat kegigihan mereka, mata inipun mulai melihat sekujur tubuh mereka, orang-orang yang sederhana, terlihat pancaran dari sorot matanya yang polos, semangat untuk berikhtiar dan menjemput rizki yang halal.

Azhan maghrib pun berkumandang, setelah membayar 4 mangkuk bakso itu dan membeli beberapa makanan yang mereka jual, kamipun pamit.

Di sujud terakhir sholat Maghrib, bahagia berampur haru pun menyelimuti. Bahagia melihat masih ada anak-anak yang emmpunyai semangat yang tinggi untuk mandiri, dan haru bahwa ikhtiar yang selama ini dilakukan belum ada apa-apanya dibandingkan pejuangan mereka yang harus berselimutkan dinginnya malam, beratapkan bintang, dan bersejadahkan trotoar sepanjang jalan kehidupan.

Bayangkan, saat anak-anak seusia mereka senang bermain dan bercanda dengan kawan sebayanya, mereka mau menunda kesenangan mereka untuk masa depan yang lebih baik,
Mereka bukan hanya berpikir untuk diri sendiri, bahkan berpikir bagaimana untuk bisa membantu ibu, ayah dan adik-adik mereka.

Saat kita, yang biasanya mereasa lelah dengan segala aktifitas, bandingkan dengan mereka yang hampir tidak pernah mengenal jeda untuk belajar dan mencari sesuap rezeki yang halal.

Angin malam pun lekat menjadi selimut mereka,
Mobil angkot pun menjadi rumah kedua mereka
Jalanan trotoar menjadi saksi akan kesungguhan mereka
Rabb, lindungi mereka,
kuatkan bahu-bahu mereka,
istiqomahkan amal baik mereka,
jadikan setiap langkah mereka Kau balas dengan wewangian syurga
setiap peluh keringat yang tercurah, kau balas dengan rizki yang berkah

Biarlah waktu yang kan mencatat
masih ada tiga orang anak yang tak pernah mau meminta
walau usia mereka belum pantas tuk lakukan itu semua
Tapi azzam mereka menggetarkan dunia
dan karya mereka pasti dicacatNya

Sahabat, bagaimana dengan kita ?
Pantaskah kita masih duduk manis tanpa kerja nyata ?
Masihkah kita mau meminta kepada orang tua kita ?
Tak malukah kepada Dendri, anak kelas 5 SD itu ?
Tak maukah kau menyaingi dari Hikmat yang semangat itu ?
Tanganmu masih utuh bukan ? Kakimu masih bisa melangkah bukan ? Dan kau lebih dewasa dari mereka bukan ?

Bangkit Kawan !!
pantang untuk memita-minta, kita terlahir untuk berkarya dengan amal nyata, bukan menjadi benalu yang tak tahu malu.

Dengan niat yang suci dan langkah yang pasti, mari ukir prestasi tuk gapai Ridho Ilahi.
AllahuAkbar !!!

Dalam semangat perjuangan,
Sahabatmu yang sedang belajar memperbaiki diri
Setia Furqon Kholid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar